Pages

Thursday, February 3, 2011

STROKE, RESIKO UTAMA HIPERTENSI

Resiko utama pada penderita tekanan darah tinggi adalah terjadinya serangan stroke. Di Indonesia diperkirakan 36% lansia di atas 65 tahun meskipun stroke bisa terjadi pada usia berapa pun.

Ada dua macam stroke. Pertama, stroke nonhemoragik, yakni stroke yang terjadi akibat suplay darah berkurang (iskemia) atau terhenti pada sebagian daerah di otak tapi tidak sampai terjadi perdarahan. Kedua, stroke hemoragik, yakni perdarahan pada otak yang terjadi karena dinding pembuluh darah robek (akibat tekanan darah yang tinggi dan mendadak). Kondisi mengakibatkan fungsi otak terganggu. Akibatnya yang lebih parah lagi bisa saja sebagian sel-sel otak penderita mati.

Stroke iskemia itu ada yang ringan, ada yang sedang. Dikatakan ringan kalau serangannya hanya sementara dan akan pulih kembali setelah beberapa puluh menit sampai dua hari. Yang ringan ini terbagi atas transient ischemic attack (TIA) yakni serangan iskemik sepintas (misalnya mendadak tangan dan kaki sebelah kurang tenaga atau kesemutan, tapi selang 15 menit kemudian pulih kembali) dan reversible ischemic neurologic deficit (RIND) yakni hanya terjadi gangguan saraf sementara (misalnya mendadak sulit berbicaranamun kesadaran masih penuh, atau kaki dan tangan sebelah mendadak terasa lemah tapi setelah dirawat dua hari pulih total). Kedua serangan stroke terakhir ini memang ringan tetapi penderita harus waspada karena kemungkinan kambuhnya besar.
Fungsi otak memang sangat tergantung pada keadaan aliran darah di otak. Bila suplay oksigen terputus 8-10 detik saja, maka akan terjadi gangguan fungsi otak. Bila lebih dari 6-8 menit, maka akan terjadi lesi (luka) yang tidak akan pulih alias kerusakan menjadi menetap.

Pulih tidaknya penderita yang sudah terkena serangan stroke, tentu saja tergantung pada luas tidaknya serangan dan daerah mana yang terkena stroke. Paling fatal bila serangan terjadi pada batang otak, atau timbul perdarahan yang luas sekali sehingga mengganggu pusat kesadaran.

Dikatakan fatal tidak hanya kalau kalau penderita langsung meninggal tapi juga apabila secara social ia sudah mati. Artinya ia tidak lagi berdaya, tidak lagi bisa berkomunikasi ataupun bergerak.

Pemulihan penderita sedikit banyak juga tergantung pada usia. Semakin muda usia kemungkinan pulih semakin besar. Tidak kalah penting, niat dan kesabaran si penderita untuk sembuh. Ia bisa menerima keadaannya dan berusaha untuk tetap bergairah hidup dengan segala kecacatannya.

Langkah pertama bila menghadapi seseorang yang terkena stroke, kita harus secepat mungkin mengambil tindakan. Jangan menunggu sampai lebih dari tiga jam (baru melakukan tindakan), tim dokter yang menangani harus bekerja secara terpadu agar tindakan terbaik secepat mungkin dapat dilakukan, apakah perlu dibedah atau tidak. Setelah masa kritis berlalu, masa pemulihan peranannya sangatlah penting. Usaha dokter, tindakan fisioterapi, gairah hidup si pasien, semuanya ikut mendukung pemulihan penderita.

0 Coment:

Post a Comment